Countdown to Titanic

On April 6, 2012, to commemorate 100 years of the doomed ship, Titanic will be re-released in 3D.

I've looked it up on my calendar. It's next year Good Friday, a public holiday. And happens to be my birthday as well (yes, I've looked up on my birth certificate too, I swear).

James Cameron presented the exclusive premiere of the new trailer last Thursday, exclusively on Facebook.



After double cinema visits, countless peeks on TV, multiple viewings of my Titanic (Three-Disc Special Collector's Edition), I hereby am starting a countdown and hoping that the local cinema schedule won't put it into any kind of ridiculous delays ..




I once had written a very long post about this James Cameron's Titanic to its defense. True, not all people like or love this movie. Regardless the subjective nature of movie-watching experience, I've heard 3 main reasons that caused Titanic losing some of the love:
1. The cheesy love story - yes, it is cheesy indeed.
2. The miscast of Leonardo DiCaprio - yes, but look how good he is now as an actor.
3. The over-length of its running time - no. We already got used to watch epic movies that tend to run long.


A repost with additional links - Watch out for major spoilers!

Dulu banget .. tahun berapa sih Titanic ini masuk ke Indonesia? 1997 ya? Tahun segitu tuh, gue murni milih film berdasarkan kata hati aja. Jadi belom kenal yang namanya milis film, belom pernah yang namanya baca-baca review kritikus lewat internet (paling dari koran aja, itu juga kalo pas nemu .. atau dari Cinema-Cinema RCTI yang banyak spoiler tapi masih rajin gue tonton waktu itu). Minimal banget gue kena hype.

Of course, sebelum gue nonton, gue udah pernah liat poster Titanic di lobby-lobby bioskop. Gimana ga mau liat, wong posternya itu gede dan keren.




Gue tau Leonardo DiCaprio main di sini. In my book, Leo is not a bad actor, karena gue pernah sampe terlongo-longo ngeliat dia di serial Growing Pains sama film The Basketball Diaries. Yang terakhir ini, gue ga suka sama filmnya, tapi aktingnya Leo was a blast. Gue ga tau Kate Winslet itu siapa, ga peduli juga. Apalagi sama sutradaranya. Tau James Cameron aja baru beberapa tahun setelahnya .. hehe ..

Jadi apa yang bikin gue tertarik nonton Titanic? Kisahnya dong. Gue tau Titanic itu kapal terkenal yang tenggelam, yang memakan korban sampe ribuan orang .. that's it. Detailnya gelap bener. Padahal sih tertarik banget buat tau lebih banyak, cuma gue ini paling males sedunia buat ngubek-ngubek berita. Nah, mumpung dibikin filmnya nih, dan gue bisa nonton .. jadi gue pasti nonton lah. Juga biasanya film-film bencana itu seru.

Satu hari di hari Selasa siang .. gue lupa tanggalnya .. gue diajak nonton sama cowok gue (sekarang udah mantan) di Hollywood KC 21. Kita ga tau mo nonton film apa, jadi go show aja gitu. Malah ga liat poster yang dipajang di atas Hollywood KC pula. Jadi masuk lobby, langsung ke loket milih film. Pake free pass VIP, yang berarti, ga perlu rebutan nomor kursi karena buat VIP ini udah dialokasikan satu baris seat pas di tengah-tengah studio. Asik kan? Lebih asik lagi, baru ketauan kalo pas jam segitu, ternyata filmnya Titanic (belakangan gue liat di poster depan, ga ada lho Titanic dipasang. Berarti ini seperti sneak show gitu ya?). Jadilah kita berdua beli itu. Wuih. Nggak disangka, nggak dikira .. Studio juga cuma isi ga sampe setengah.

Begitu film dimulai, perhatian gue udah ditarik sama ilustrasi riak-riak air yang kelam, penumpang yang melambai-lambaikan tangan di atas kapal megah .. dan musiknya yang sendu banget. Kegembiraan yang terselingi dengan isyarat-isyarat tragedi yang menanti di ujung kisah, karena warna-warna sephia-nya seperti melukiskan masa lalu gitu. Film baru mulai aja gue udah merasa pahit banget .. gue pikir, waduh, ini mereka semua nanti bakalan mati tenggelam .. anak-anak, orang tua, suami, istri, kekasih .. terus waktu adegan ganti baru deh lumayan cerah dikit.

Kalo mo dibagi jadi dua bagian, Titanic punya present and past. Yang present, menurut gue biasa-biasa aja. Gue ga gitu peduli sama team penyelam yang dipimpin oleh Bill Paxton. Paling yang menarik waktu bangkai kapal Titanic dan remainings-nya di-link ke gambaran kemewahan Titanic sewaktu belum tenggelam. Sampe muncul karakter yang diperankan Gloria Stuart, yang sampe saat ini masih gue kategorikan sebagai "nenek centil" karena dandanannya yang sophisticated di usia setua itu (liat aja, masih pake nail-polish .. hahaha ..). Narasi dan ekspresi Old Rose waktu menceritakan kisahnya itu baguuuuus banget.

Bagian past yang mengambil porsi terbesar dari film ini, merupakan bagian yang luar biasa. Warnanya soft, hangat, penuh cahaya emas (jelas ini sebelum tabrakan yang langsung mengubah warna menjadi biru, hitam dan dingin) .. mewah dah. Rose pertama kali gue spot waktu dia turun dari kereta kudanya. Hoo .. jadi ini yang namanya Kate Winslet. Biasa aja kok ya? Gemuk pula. Terus muncul Jack. Hehe .. Leo is Leo, no further comment. Dan kisah mereka berdua yang mengalir sesudahnya .. er .. terus terang, gue sadar kalo gue salah menilai Titanic .. awalnya gue pikir film tentang bencana, ternyata ini film tentang cinta berlatar belakang bencana.

Yeah, kisah cinta antara Rose dan Jack yang mengambil fokus utama. Gue ga punya masalah sama love stories .. tapi ini .. kayaknya ada yang salah. Rose terlalu dewasa buat Jack. Atau Jack yang terlalu boyish buat Rose. Pokoknya ga cocok deh. Tadinya gue pikir yang salah casting itu Kate Winslet. Ternyata .. seiring dengan jalannya film .. karakter Rose itu semakin berkembang. Dan di mata gue, Rose berubah dari sosok yang angkuh dan gempal .. menjadi sosok yang vulnerable, tapi punya pribadi yang kuat .. dan Kate Winslet sebagai Rose Dawson semakin lama keliatan semakin muda dan cantik. Sangat cantik. Buat gue, Kate Winslet memberikan beberapa adegan yang paling memorable dalam film ini. Gue ga bicara tentang adegan meludah ya .. yang selain lucu, tapi tetap menjijikkan .. euw .. =D. I'm talking about these .. ga ada yang bisa mengalahkan sesaknya isak tangis Rose waktu dia bertengkar dengan tunangannya yang keren itu (o yeah, Billy Zane emang keren .. hehehe ..) sampe meja dilempar terbalik, ga ada yang bisa menandingi innocent-nya (dan panasnya) Rose waktu dilukis, atau perasaan campur aduk yang tersorot dari mata Rose sewaktu dia ada di dalam sekoci dan memandang Jack yang masih ada di atas Titanic .. or .. *sigh* .. pedihnya ngeliat Rose yang susah payah nyebur ke air dingin, terus niup peluit .. ngiris banget ..

Sedangkan Jack Dawson .. well .. begitu-begitu aja. Gue ga ngeliat pesona Leo di sini. Malah sempet heran juga sama penonton-penonton yang berseru kagum di adegan Jack didandani sama Kathy Bates. Akting Leo pun standar banget. Di adegan Jack teriak "I'm the king of the World" yang harusnya bisa ngangkat lepas sampe di titik tertinggi kegembiraan, ga nyampe banget .. ekspresinya artificial. Waktu Jack ngajak Rose dansa terus diputer-puter sampe gue yang nonton jadi mabok, ketawanya Jack juga jelek banget. Malah di bagian akhir, waktu Jack dan Rose mengucapkan perpisahan, dimana adegan itu dimaksud menguras air mata, gue malah merasa itu adegan yang paling menggelikan. Karena Jack .. karena Leo .. Leo mesti diajarin lagi gimana cara bicara sambil menggigil kedinginan yang baik dan benar. Paling yang dapet nilai bagus di mata gue waktu Jack menegur Rose "How could you be so stupid???" Sayang banget ga sih .. karakter Jack Dawson yang harusnya menjadi sumber inspirasi dan sumber kekuatan untuk Rose (bahkan kalo mau diagungkan lagi .. bisa menjadi serupa legenda yang magis karena katanya ga ada catatan nama Jack di daftar penumpang), ternyata cuma dibawain segitu aja sama Leonardo Di Caprio.

Tapi memang ya .. yang bikin kagum itu pas mulai kapal nabrak gunung es, sampe detik dia tenggelam. Gilaaaaa .. itu kayaknya panjaaaaaaaang banget, ga abis-abis .. Detil dan bikin depresi. Menonton adegan Titanic berada di posisi nyaris tegak lurus .. gue serasa ikut berpegangan bersama Jack dan Rose di railing kapal .. dan melihat orang-orang terpelanting ke bawah .. terus ikut tersedot pusaran air sewaktu Titanic akhirnya tenggelam. Sisi-sisi kemanusiaan yang digambarkan (termasuk kelompok pemain musik yang bertekad akan terus menghibur penumpang sampe mereka sama sekali ga bisa bermain lagi, pasangan suami-istri tua yang berpelukan di atas tempat tidur pasrah menanti ajal karena mereka tau ga ada lagi yang bisa menyelamatkan mereka, ibu yang masih sanggup menghibur anak-anaknya di dalam ruangan kelas tiga, desainer Titanic yang bertanggung jawab dan berbesar hati menerima konsekuensi tenggelam bersama hasil desainnya), walaupun getir masih mampu memperlihatkan kepahlawanan dan pengorbanan cinta di sana-sini. Bukan dari karakter utamanya, tapi dari karakter-karakter tanpa nama. Fakta-fakta yang dibeberkan bikin gue ikut-ikutan menyesal banget-banget, menyadari Titanic tenggelam karena keangkuhan manusia juga.

Hal-hal inilah yang menguras emosi penonton. Kalo dibilang Titanic menjual detil tanpa memperhatikan perkembangan karakter dan cerita .. ya memang betul. Dari sisi kisah cintanya, ga ada yang istimewa. Malah berkesan agak seperti roman picisan .. hitam-putih, si kaya dan di miskin. Karakter utamanya tenggelam dan ga mampu bersaing dengan kemegahan setting serta kisah nyata Titanic itu sendiri. Yang outstanding hanya Rose Dawson (thanks to Kate Winslet, juga Gloria Stuart .. terbukti mereka meraih nominasi Oscar). Keberhasilan film ini di ajang Academy Awards juga karena aspek-aspek lain di luar akting. Mungkin ada juri yang kebawa sama sisi romantisme-nya .. ada juga yang kebawa sama sisi true story-nya .. atau ada yang menilai dari keseriusan dan kerja keras para pembuat film ini dalam menghidupkan Titanic dan tragedinya.

Gue sendiri, menilai keberhasilan Titanic untuk pribadi, karena gue merasa sangat terkesan begitu film selesai. Gue ga nangis seperti banyak penonton-penonton cewek lainnya, ga overwhelmed dengan ketampanan Leonardo DiCaprio seperti yang begitu digilai oleh para ABG (sampe gue baca ada yang mau boikot acara Academy Awards hanya karena Leo ga masuk nominasi) .. it's true that some things in this movie don't work very well for me. Tapi ada impact yang sulit dilukiskan begitu film berakhir. Gue langsung kepengen sharing film ini ke keluarga gue .. jadinya gue ajak semua anggota keluarga gue buat nonton rame-rame seminggu kemudian. They all love the movie. Gue sendiri merasa Titanic tetap fresh ditonton untuk yang kedua kalinya, dengan excitement yang sama sekali ga berkurang .. dan anehnya, gue merasa bangga banget sama film ini karena berhasil membuat keluarga gue terkesan (padahal bukan gue yang bikin film, bukan gue juga yang jadi aktrisnya .. hehe ..). Titanic ini langsung nempel dalam sekali nonton, dan kayaknya bakalan nempel till indefinite. Ada aja gitu yang keinget. Dari klip, dari sekelumit score .. Bahkan untuk adegan yang norak sekalipun, seperti .. you know, "I'm flying, Jack!" .. yang bikin gue mencibir ga keruan waktu pertama kali nonton .. tapi belakangan, waktu adegan ini sering diulang-ulang (bahkan sering diparodikan), berasa banget kalo adegan ini merupakan salah satu highlight of the movie yang sama sekali ga gampang dilupakan .. karena lagu "My Heart Will Go On" yang disenandungkan .. karena angle kameranya .. yang membawa penonton percaya apa yang dirasakan oleh Rose waktu itu. Juga teriakannya Jack yang terkenal itu .. siapa yang ga inget gambaran dia berdiri di buritan (atau haluan?) kapal, ngacungin tinjunya .. teriak-teriak .. ada lumba-lumba .. hehehe .. denger score-nya yang megah itu aja, kayaknya emang dia itu pantes merasa sebagai raja dunia yang berdiri di atas kapal termewah di jamannya. Atau senandung indah yang selalu membayangi dalamnya air laut yang dingin, really haunting yet so beautiful. Itu gue tuh. Kalo bokap .. bokap yang anxious banget ngasih tau gue soal kemenangan Titanic di Academy Awards 1998 ("Filmnya dapet 11 piala. Mecahin rekor. Hebat!") .. bokap yang sampe naik ke kamar gue nanya gue lagi nonton apa, padahal gue waktu itu cuma lagi masang soundtrack Titanic ("Kirain nonton film. Lagunya seperti di film.") .. dan bertahun sesudahnya, pernah "kecegat" sama video klip Celine Dion yang lagi nyanyi di atas kapal, bokap ngira Celine itu si Rose Dawson ("Ini film kapal tenggelam itu kan? Ini si cewek itu kan, kok bisa nyanyi?") .. =D =D =D. (I wonder what he would say should he saw this on TV).

Film ini udah menyatu banget dengan kisah kapal Titanic itu sendiri. Ada-tidaknya Leo di sini, ada-tidaknya kisah cinta dan dialog-dialog yang ga penting .. gue ga peduli lagi, karena sepertinya gue "dipaksa" untuk menilai film ini secara keseluruhan, dan melihat bahwa memang film ini dikemas untuk menarik perhatian penontonnya. Gue sama sekali ga heran Titanic menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa. Film ini bergulir seperti dokumenter yang diperhalus dengan fiction drama, yang akhirnya bisa memperluas target penonton. Yang ga suka sama Leo dan drama cinta, bisa menikmati kapal tenggelam. Yang ga suka ngeliat kapal tenggelam, bisa menikmati Leo dan drama cinta. Yang ABG (anak baru gede) bisa ngeliat Leo dan Kate .. ini Leo pasti bersin-bersin namanya disebut-sebut terus di sini .. yang ABG (angkatan babe gue) bisa ngeliat Gloria dan Titanic. Yang ga suka sama semuanya, masih ada musik James Horner. Masih ga suka juga .. ya, terima nasib uang dan waktu terbuang percuma selama 3 jam (tapi pasti kagum juga kan sama kapalnya? Hayooo .. =p). Setidaknya Titanic berhasil menandai keberadaannya di dalam ingatan .. baik secara positif, maupun secara negatif .. sebagai film yang mendapatkan catatan tersendiri di buku perfilman Hollywood (dan dunia). That's so-called memorable .. and for some people, it's so-called great, because it lingers.



Old Rose: Fifteen-hundred people went into the sea, when Titanic sank from under us. There were twenty boats floating nearby... and only one came back. One. Six were saved from the water, myself included. Six... out of fifteen-hundred. Afterward, the seven-hundred people in the boats had nothing to do but wait... wait to die... wait to live... wait for an absolution... that would never come.


I am never fond of 3D movies. But for this, I will bear wearing those heavy goggles and paying surcharges.